166x Filetype PDF File size 0.21 MB Source: media.neliti.com
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272 ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e) COGNITIVE RESTRUCTURING DAN DEEP BREATHING UNTUK PENGENDALIAN KECEMASAN PADA PENDERITA FOBIA SOSIAL OLEH: RUNIA HANIFA1 DAN MEILANNY BUDIARTI SANTOSO2 1 Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran_runiahanifa90@yahoo.com 2 Dosen Departemen Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran __ meilannybudiarti13@gmail.com Abstrak Fobia sosial adalah salah satu metal illness yang dihadapi oleh banyak orang dewasa dan terutama pada remaja yang masih mengalami perubahan baik pada fisiknya maupun perubahan secara psikologis. Fobia sosial terjadi karena individu mengalami kecemasan terhadap lingkungan sosialnya. Hal tersebut disebabkan adanya penyimpangan cara berfikir atau kognisi individu. Terapis dalam menangani klien individu dengan kecemasan, dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya metode cognitive restructuring (CR) dan teknik deep breathing. Klien dengan fobia sosial diberikan treatment oleh terapis untuk mengatasi kecemasan dan pikiran negatif terhadap lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan metode cognitive restructuring (CR), klien dibantu untuk menstruktur ulang kognisinya yang terbiasa untuk berpikir dengan mindset negatif dan menyebabkan rasa cemas terhadap lingkungan sosialnya. Adapun teknik deep breathing, digunakan untuk melancarkan pernapasan klien ketika mengalami kecemasan. Ketika individu mengalami fobia sosial, kecemasan yang dialami klien dapat mengakibatkan kesulitan bernafas. Dengan melakukan teknik deep breathing, klien dapat merasa lebih rileks dan dapat berpikir dengan lebih jernih untuk dapat meghilangkan pikiran-pikiran negatinya. Abstract Social phobia is a mental illness that is faced by many adults and particularly in adolescents who are still experiencing changes in both the physical and psychological changes. Social phobia occurs because individuals experiencing anxiety of their social environment. This is due to their way of thinking or cognition deviation of individual. The therapist in handling individual clients with anxiety, can use several methods, such as cognitive restructuring (CR) and deep breathing techniques. Clients with social phobia are given treatment by a therapist to cope with anxiety and negative thoughts of their social environment. By using cognitive restructuring (CR), a client helped to re- structure the cognition which accustomed to think in a negative mindset and cause anxiety to the social environment. The technique of deep breathing is used to launch the client when experiencing anxiety. When individuals experience social phobia, anxiety experienced by clients can lead to breathing difficulties. By doing deep breathing techniques, the client can feel more relaxed and able to think more clearly in order to abolishing negative thoughts. Kata Kunci: cognitive restructuring, pengendalian kecemasan, deep breathing, fobia sosial 1. Pendahuluan 230 SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272 ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e) Setiap individu manusia memiliki Cognitive Restructuring (CR) kelebihan dan kelemahannya masing-masing, merupakan metode dalam praktik pekerjaan sehingga individu membutuhkan peran orang sosial yang digunakan untuk mengatasi lain dalam lingkungan sosialnya untuk masalah terkait dengan kondisi cognitive menjalani kehidupannya. Pada praktikum ini, seseorang. Terdapat beberapa tahapan dalam praktikan berhadapan dengan klien yang melakukan metode Cognitive Restructuring, menyatakan dirinya sebagai individu yang yaitu: merasa adanya kesulitan dan hambatan saat ia 1) Menjelaskan terlebih dahulu maksud berada di dalam lingkungan sosialnya untuk dan tujuan digunakannya kolom menjalani aktivitas sehari-hari dan masa cognitive restructuring kepada klien. depannya. Klien mengaku bahwa dirinya tidak 2) Dimulai dari menuliskan kejadian atau suka berinteraksi dengan orang lain, termasuk situasi apa yang menimbulkan emosi dengan keluarganya. pada klien. Menurut klien, hubungann dengan 3) Lalu meminta klien untuk menentukan keluarganya baik-baik saja namun memang self talk negative seperti apa yang tidak saling terbuka. Klien berpikir bahwa ditimbulkan dari kejadian tersebut. ketika berada di lingkungan sosial, orang 4) Dari self talk negative tersebut klien disekitar akan memperhatikan dan mengkritik diajak berdiskusi apakah hal tersebut penampilan atau perilaku klien yang membuat seharusnya ia pikirkan? Apabila klien merasa sangat cemas dan tidak nyaman. jawaban klien hal tersebut tidak Selain itu, kecemasan tersebut juga seharusnya ia pikirkan, maka klien di mempengaruhi aktivitas sehari-hari seperti arahkan mencari sudut pandang lain pergi kuliah, pergi ke rumah makan, dan lain dari kejadian itu, hasilnya ditulis di sebagainya. Namun, klien juga merasa bahwa kolom self talk positive; klien memiliki potensi besar dalam dirinya 5) Apabila klien telah mengerti cara kerja yang membuatnya tidak putus asa. Oleh karena dari cognitive restructuring, klien itu, praktikan melakukan proses intervensi ditugaskan dalam 2 (dua) minggu guna membantu klien menghadapi kondisinya untuk membuat sendiri form tersebut. tersebut. Tabel 1 berikut adalah contoh Cognitive Restructuring Form yang harus diisi 2. Metode, Hasil dan Pembahasan oleh klien: Cognitive Restructuring Form 231 SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272 ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e) Tabel 1 Contoh Cognitive Restructuring Form (CRF) 3 Kolom Kejadian Self Talk Negative Self Talk Positive Sumber: Back, Judith S., Beck, Aaron. 1995 Cognitive restructuring form atau biasa berpikiran otomatis negatif pada suatu disebut dysfunctional thoughts form kejadian untuk mencari pikiran alternatif yang merupakan formula untuk membiasakan klien positif. Ketika klien sudah terbiasa melakukan untuk mengubah pikiran negatifnya menjadi terapi ini, klien sedikit demi sedikit akan pikiran alternatif yang lebih positif. Di dalam mampu menjadikan pikiran alternatif positif kolom kejadian dituliskan aktivitas-aktivitas tersebut menjadi pikiran otomatis klien. yang menghasilkan rasa cemas atau takut. Kemudian di dalam kolom self talk negative, Deep Breathing Menurut Harsono (1988) dituliskan pikiran otomatis yang muncul ketika Teknik deep breathing dapat digunakan klien mengalami kejadian tersebut. Biasanya untuk mengurangi kecemasan yang dialami kolom ini disertai dengan persentase (%) rasa oleh klien, termasuk pada klien dengan fobia cemas atau takut yang dialami klien. Pada sosial. Adapun langkah-langkah yang harus kolom self talk positive, dituliskan pula oleh dilakukan saat melakukan teknik deep klien pikiran alternatif yang lebih positif ketika breathing adalah sebagai berikut: klien mengalami kejadian tersebut. Hal ini 1) Duduk dengan badan tegak, kedua bertujuan untuk mengurangi rasa cemas atau tangan rileks diantara lutut. takut yang dirasakan klien. Pada kolom ini 2) Mata dipejamkan. Kemudian ambilah juga biasanya disertai oleh persentase (%) rasa nafas pelan-pelan sedalam-dalamnya cemas atau takut klien bilamana berkurang melalui mulut (mulut jangan dibuka ataupun tetap. terlalu lebar), rasakan udara CRF ini dipakai oleh praktikan dalam menyelinap ke seluruh pelosok alveoli melakukan cognitive behavioural therapy paru-paru. (CBT). Form ini bertujuan untuk melakukan pembiasaan pada klien yang terbiasa 232 SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272 ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e) 3) Keluarkan udara pelan-pelan melalui apakah ingin mengembangkan potensi ataukah mulut dengan dibantu oleh otot-otot bersama-sama mencari jalan keluar dari perut. masalah yang dihadapi klien. 4) Rasakan sampai seakan-akan paru- Sebelumnya sempat praktikan paru menjadi kosong udara. singgung bahwa klien merupakan seorang 5) Istirahat sebentar, kemudian ulangi yang tertutup dan pemalu. Itu terlihat dari prosedur di atas beberapa kali. jarangnya klien mengemukakan pendapat Deep breathing dilakukan untuk apabila sedang bercakap-cakap, juga apabila menenangan jiwa dan pikiran klien, sehingga ditanya hanya menjawab seadanya, klien keberhasilan dari teknik ini sangat ditentukan jarang membuka obrolan terlebih dahulu. oleh seberapa rileks diri klien. Klien mengatakan dirinya merupakan seseorang yang tidak mudah untuk masuk ke Hasil Assesment dalam suatu lingkungan yang dianggap baru Pada tahapan assesment ini praktikan dan asing. Dalam tahap asesstment praktikan menggali informasi sebanyak-banyaknya mengajak klien untuk mengisi form kelebihan tentang diri klien, lingkungan klien, potensi serta kekurangan untuk menggali potensi dan serta masalah yang dihadapi klien dengan masalah klien. tujuan untuk menentukan arah konseling Tabel 2 Kelebihan dan Kekurangan Klien Nam Masalah Aspek-aspek pribadi a Kelebihan Kekurangan (Jika Ada) yang ingin di kembangkan 1. Loyal 1. Tidak mudah 1. Sering 1. Ingin lebih 2. Tidak mudah memulai interaksi cemas percaya diri. en menyerah. dengan orang lain 2. Tidak 2. Ingin memiliki i 3. Mempunyai 2. Terlalu suka pikiran yang l K imajinasi yang menginginkan hal bergaul positif. bebas, senang yang perfect, semua menulis harus terlihat baik Sumber : Praktikan mikro, 2015 233
no reviews yet
Please Login to review.