Authentication
168x Tipe PDF Ukuran file 0.29 MB Source: sc.syekhnurjati.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Pergaulan Teman Sebaya 1. Pengertian Pergaulan Teman Sebaya Pergaulan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata dasar gaul yang artinya hidup berteman atau bersahabat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996: 296) Pergaulan merupakan salah satu cara seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia adalah makhluk sosial memiliki kecenderungan hidup bersama satu sama lain. Mereka tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Menurut Abdulah Idi (2011: 83) pergaulan adalah kontak langsung antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Pergaulan sehari- hari yang dilakukan individu satu dengan yang lainnya adakalanya setingkat usianya, pengetahuannya, pengalamannya, dan jika dilakukan dalam jangka waktu tertentu akan membentuk jalinan persahabatan atau pertemanan. Dari pergaulan yang dilakukan oleh siswa, maka siswa mulai mengenal berbagai pihak yang terdapat dalam lingkungan pergaulan tersebut. Salah satunya adalah teman sebaya. Menurut Santrock (2012: 109) teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tikat kedewasaan yang kurang lebih sama. Ahzami Samiun Jali (2006: 164) berpendapat bahwa sebaya adalah mereka yang lahir pada waktu yang sama dan memiliki usia yang sama. Teman sebaya menurut Zainal Madon dan Mohd. Sharani Ahmad (2004: 49) adalah kelompok anak-anak atau remaja yang sama umur atau peringkat perkembangannya. Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah dan atau teman bermain di luar sekolah (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 114). Menurut Horton dan Hunt dalam Damsar (2011: 74) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kelompok teman sebaya (peer group) adalah suatu kelompok dari orang orang yang seusia dan memiliki status sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu interaksi dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam usia, status sosial, hobi dan pemikiran yang sama, dalam berinteraksi mereka akan mempertimbangkan dan lebih memilih bergabung dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam hal-hal tersebut (Robert E.Slavin, 2011: 114). Dalam kelompok teman sebaya individu akan merasakan adanya persamaan satu dengan yang baik usia, status sosial, kebutuhan, dan tujuan untuk memperkuat kelompok itu, sehingga individu didalam kelompok tersebut akan merasa menemukan dirinya dan akan mengembangkan rasa sosialnya seiring dengan perkembangan kepribadiannya (Slamet Santosa, 2009: 77). Dapat disimpulkan bahwa kelompok teman sebaya adalah kelompok sosial yang terbentuk karena individu satu dengan lainnya mempunyai persamaan usia, status sosial, jenis kelamin, kebutuhan serta minat yang membuat individu yang bergabung di dalam kelompok tersebut menjadi nyaman. Jadi pergaulan kelompok teman sebaya adalah hubungan interaksi sosial yang timbul karena individu-individu yang berkumpul dan membentuk suatu kelompok yang didasarkan pada persamaan usia, status sosial, kebutuhan serta minat yang seiring berjalannya waktu akan membentuk pertemanan atau persahabatan. Teman sebaya yang dipilih biasanya adalah teman yang memiliki kesamaan status sosial dengan dirinya. Misalnya siswa yang duduk di bangku SMP kebanyakan temannya juga sesama siswa, baik yang satu sekolah maupun berbeda sekolah. Jarang ditemui seorang siswa SMP berteman akrab dengan orang yang berbeda status sosial dengan dirinya. Teman sebaya tersebut merupakan orang yang sering terlibat dalam melakukan tindakan secara bersama-sama dalam pergaulan. 2. Fungsi Pergaulan Teman Sebaya Pada prinsipnya hubungan lingkungan teman sebaya mempunyai arti sangat penting bagi remaja. Menurut Jean Piaget dan Harry Stack S dalam Desmita (2013: 220) menekankan bahwa melalui teman sebaya anak dan remaja belajar tentang hubungan timbal balik yang sistematis. Anak mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan remaja. Mereka juga mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan integrasi dirinya dalam aktifitas teman sebaya yang berkelanjutan. Santrock (2012: 109) mengatakan bahwa salah satu fungsi yang terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar lingkungan keluarga. Menurut Slamet Santosa (2009: 79) fungsi kelompok teman sebaya adalah sebagai berikut: 1) Mengajarkan kebudayaan kelompok teman sebaya ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu. Misalnya orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia. 2) Mengajarkan mobilitas sosial Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial. Seorang anak akan senang bila masuk kedalam kelompok teman sebaya yang memiliki status sosial tinggi. Dengan masuk dalam status sosial yang tinggi maka status mereka juga akan meningkat. Seorang anak yang berada dalam kelompok teman sebaya status sosialnya akan lebur menjadi satu bagian dengan kelompoknya, karena identitas kelompoknya berarti identitas dirinya. 3) Membantu peranan sosial yang baru kelompok teman sebaya memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik dan sebagainya. 4) Kelompok teman sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua, guru bahkan masyarakat Kelompok teman sebaya sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya. kelompok teman sebaya di masyarakat sebagai sumber informasi, kalau salah satu anggotanya berhasil maka anggota lainnya berhasil, maka di mata masyarakat kelompok teman sebaya itu berhasil. Atau sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga baik 5) Dalam kelompok teman sebaya individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain Seorang anak akan lebih nyaman berbagi dengan temannya karena temannya biasanya lebih mengerti dirinya dan persoalan yang dihadapinya. Mereka saling menumpahkan perasaan dan permasalahan yang tidak bisa mereka ceritakan pada orang tua maupun guru mereka. Dalam kelompok teman sebaya, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam kelompok teman sebaya ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya 6) Kelompok teman sebaya mengajarkan moral orang dewasa. Anggota kelompok teman sebaya bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka tidak mau disebut orang dewasa. Melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa, mereka ingin menunjukan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa. 7) Mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau untuk menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan lebih sulit untuk mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu berada di atas dunia anak sebaya. 8) Belajar mengontrol tingkah laku Dalam kelompok teman sebaya seorang anak akan lebih mudah dalam pengawasannya, karena tingkah laku setiap individu menunjukan perilaku umum dari kelompoknya. Hal ini mempermudah pengawasan bagi orang tua maupun guru. 6 fungsi positif dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen (1987) dalam Desmita (2013: 220-221) : 1) Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi teman sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresif langsung. 2) Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru mereka. Dorongan yang diperoleh dari teman-teman sebaya mereka ini akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka. 3) Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran dan belajar untuk mengekspresikan perasaan dengan cara lebih matang. Melalui percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar mengekpresikan ide-ide dan perasaan- perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka memecahkan masalah.
no reviews yet
Please Login to review.