jagomart
digital resources
picture1_Teori Penelitian 51561 | Bab314121120021


 146x       Tipe PDF       Ukuran file 0.19 MB       Source: sc.syekhnurjati.ac.id


File: Teori Penelitian 51561 | Bab314121120021
bab iii konsep kesehatan mental perspektif sigmund freud a definisi kesehatan mental perspektif sigmund freud sigmund freud ia lahir di cekoslovakia pada 6 mei 1856 ia merupakan sosok manusia yang ...

icon picture PDF Filetype PDF | Diposting 20 Aug 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
                         BAB III 
           KONSEP KESEHATAN MENTAL PERSPEKTIF SIGMUND FREUD 
          A. Definisi Kesehatan Mental Perspektif  Sigmund Freud 
              Sigmund Freud. Ia lahir di Cekoslovakia pada 6 Mei 1856. Ia merupakan 
           sosok manusia yang cerdas dan sering tidak puas dengan ajaran dan doktrin 
           yang diterimannya sebelum diselidikinya sendiri, sehingga membuatnya berada 
           hanya kurang lebih 4 tahun di Cekoslowakia untuk selanjutnya mengembara ke 
           Wina, Austria, guna mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. (Sigmund Freud, 
           1960: 13). 
              Di sana, ia gigih mempelajari kebudayaan dan hubungan trans budaya 
           manusia  dengan  penuh  semangat  serta  mengadakan  analisa  dan  penelitian 
           mendalam. Karena sifatnya yang sangat radikal menyebabkannya dibenci oleh 
           masyarakatnya.  Kebencian  itu  bermula  dari  upaya  kritisnya  menjelaskan 
           kesalahan-kesalahan  dan  kekeliruan  manusia  serta  bertambah  beraninya 
           menunjukkan kejelekan-kejelekan manusia pada zamannya. (Sigmund Freud, 
           1960: 13). 
              Pada tahun 1873 dia tertarik masuk ke universitas kedokteran di Wina 
           karena  termotivasi  oleh  teori  evolusi  Darwin  yang  ia  dalaminya.  Ia  sangat 
           tertarik mendalami biologi sebagai jalan memahami hakekat organisme tubuh 
           manunsia. Atas semangatnya dalam studi biologi, ia bekerja di laboratorium 
           fisiologi di Wina antara 1876 – 1882 yang waktu itu dipimpin Ernest Bruche, 
           dan akhirnya, atas pengarahan yang tulus itu mewujudkan cita-citanya menjadi 
           seorang dokter dalam bidang urat syaraf. (Abu Ahmadi, 1982: 7). 
              Sejak  pertengahan  abad  19,  obyek  psikologi  adalah  kesadaran  orang 
           normal,  dewasa  dan  beradab.  Anggapan  Freud  dalam  Sumadi  Suryabrata 
           (1982),  kesadaran  itu  hanya  sebagian  kecil  dari  kehidupan  psikis.  Freud 
           mengumpamakan psyche/psikis sebagai gunung es yang yang berada di lautan. 
           Puncak gunung yang menjulang di atas air laut hanya  sebagian kecil saja, 
           sedangkan  yang  berada  di  dalam  lautan  sangat  besar/luas  bila  dibanding 
           dengan alam sadar. Dalam alam tidak sadar terdapat  kekuatan-kekuatan dasar 
                                              46 
            
            yang  mendorong  pribadi.  Freud  mempunyai  perhatian  khusus  terhadap 
            neurologi,  mengadakan  spesialisasi  dalam  perawatan  orang  yang  menderita 
            gangguan syaraf. (Siti Sundari HS, 2005: 19). 
               Pada tahun 1885 ia dinobatkan menjadi guru besar bidang urat syaraf di 
            Wina. Karena merasa masih belum cukup ilmunya, ia pergi ke Paris untuk 
            mempelajari teori hypnose pada Prof. Charcot yang waktu itu ditemani oleh 
            Janet. Sekembalinya ke Wina, ia bekerjasama dengan Prof. Breuer, seorang 
            dokter spesialis bidang urat syaraf dan penyakit histeri, dan atas kesungguhan 
            serta ketelitiannya, ia berhasil menerbitkan bukunya Studien Uber Hysteri pada 
            tahun 1895. ( K. Bertern, 1983:  10-11). 
               Manusia, menurut Freud dipandang sebagai realitas alamiah materialistik 
            yang memiliki daya psiko-phisik bersumber dari dorongan libido seksualitas 
            yang  berpusat  dalam  aparat  jiwa  tak  sadar.  Seluruh  aktivitas  kehidupannya 
            bersumber dari padanya. Dengan asumsi seperti itu, manusia yang sehat adalah 
            manusia yang mekanisme psikisnya berjalan secara harmonis, dan sebaliknya 
            manusia  yang  sakit  adalah  manusia  yang  dalam  dirinya  terdapat  konflik-
            konflik  internal,  misalnya  gejala  neurosis,  phobia  dan  lain-lain.  (Bambang 
            Mulyono, 1984: 16). 
               Freud  menggambarkan  dalam  teori  analisisnya,  bahwa  jiwa  manusia 
            bagaikan  gunung  es  di  tengah-tengah  samudera.  Sesuatu  yang  nampak  di 
            permukaan laut hanya mencapai sepuluh persen saja, sebagai kawasan sadar. 
            Sedangkan sembilan puluh persennya berada di bawah permukaan air, sebagai 
            kawasan tak sadar. (Sigmund Freud, 1960: 11). 
               Jadi, manusia menurut Freud banyak melakukan hal diluar kesadarannya, 
            dibanding dengan hal-hal yang disadari.  
               Dengan asumsi seperti itu Freud menunjukkan kesalahan lama, terutama 
            dalam konteks psikoterapi, yang memandang bahwa problem psikis semisal 
            neurosis  dan  lain-lain  berakar  pada  gangguan  sistem  kesadaran.  Dalam 
            teorinya itu Freud menjelaskan secara detail struktur kejiwaan manusia yang 
            terdiri  dari;  Id  (das  es),  ego  (das  ich),  dan  superego  (das  uber  ich).  Id 
            merupakan sumber energi psikis yang berwujud instink-instink manusia, dan 
                                                                                                         47 
                         
                           dari  aparat  ini,  yang  paling  dominan  adalah  instink  seksual  dan  agresifitas. 
                           Kedua  instink  itu  berprinsip  pada  tuntutan  pleasure  yaitu  rasa  puas, 
                           kenikmatan dan kesenangan. Oleh karena itu Id mewakili segi-segi primitif dan 
                           irrasional  manusia  yang  berwujud  perbuatan  yang  tidak  disadari  yang 
                           berkonstitusi pada sikap kekanak-kanakan. ( K. Bertern, 1983:  8). 
                                 Id merupakan aspek biologis sebagai sistim original dalam kepribadian. 
                           Merupakan dunia batin atau subjektif manusia,  tidak mempunyai hubungan 
                           langsung  dengan  dunia  objektif.  Sebagai  reservoir  energi  psikis  yang 
                           menggerakan  ego  dan  superego.  Energi  psikis  dalam  id  dapat  meningkat 
                           karena  rangsangan  dari  dalam  dan  dari  luar.  Bila  energi  meningkat, 
                           menimbulkan       tegangan,    selanjutnya     mengalami      ketiakenakan/tidak 
                           menyenangkan. Id segera mereduksi rasa tidak enak (mengejar kenikmatan) 
                           dengan dua cara:  
                                 1.   Refleks dan reaksi otomatis, misalnya bersin, berkedip.  
                                 2.  Proses  primer,  misalnya  orang  lapar  membayangkan  makanan. 
                                     Dengan membayangkan makanan tidak kenyang.  
                                 Maka  menghubungkan  pribadi  dengan  dunia  objektif  (sistim  yang 
                           dimiliki ego). Bila ego gagal, id yang berkuasa, terjadilah gangguan mental. 
                           Pemindahan energi dari objek satu ke objek lain merupakan sifat yang sangat 
                           penting pada kepribadian. (Siti Sundari HS, 2005: 20). 
                                 Id dapat hidup dan berkembang berdasarkan hasil dari metabolisme atau 
                           pertukaran zat. Jadi akan tergantung pada makanan, matahari dan sebagainya 
                           yang dibutuhkan untuk metabolisme. (Sutardjo A. Wiramihardja, 2015: 29). 
                                 Ego  merupakan  aspek  psikologis  dari  kepribadian.  Aspek  ini  timbul 
                           karena adanya kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan realita atau 
                           dunia  nyata.  Bila  lapar,  id  membayangkan  makanan,  sedangkan  ego  dapat 
                           membedakan  kahayalan  dengan  realita  atau  objektif.  Maka  ego  bereaksi 
                           dengan  proses  sekunder,  mencari  objek  yang  tepat,  yang  sesuai  untuk 
                           mereduksi  tegangan  yang  timbul  dalam  organisme.  Proses  sekunder  adalah 
                                              48 
            
            proses berpikir relalistik, merencanakan dan menguji akan berhasil atau tidak. 
            (Siti Sundari HS, 2005: 20). 
               Ego adalah sub sistem kepribadian yang menghubungkan subyek atau 
            person  dengan  lingkungan  sosialnya  diluar,  karena  berhubungan  dengan 
            lingkungan sosial yang ada di luar diri, maka sifatnya realistik atau objektif dan 
            berproses  sekunder  melalui  pengolahan.  Ada  3  fungsi  utama  ego  sebagai 
            berikut:  
               1.  Identitas diri, yaitu mengenali siapa dirinya. 
               2.  Uji  realitas,  yaitu  memperkirakan  apa  yang  baik  untuk  dilakukan, 
                ialah  yang  dapat  diterima  oleh  orang  lain  ketika  meredakan 
                ketegangannya  dan  apa  yang  tidak  dilakukannya  karena  tidak 
                diharapkandan tidak disetujui lingkungan. 
               3.  Mekanisme pertahanan diri, yaitu mekanisme yang secara tidak sadar 
                dan  irasional  berlangsung  dalam  dinamika  kehidupan  kejiwaan 
                manusia  untuk  menghindari  kemungkinan  terjadinyasituasi  yang 
                tidak menyenangkan atau menyakitkan. (Sutardjo A. Wiramihardja, 
                2015: 30). 
               Sedangkan  superego  adalah  suatu  konsep  tentang  aparat  psikis  yang 
            merupakan hasil atau kesan internalisasi nilai-nilai  dari  orang  tua  pada  diri 
            anak yang berupa sanksi dan ganjaran terhadap satu perilaku tertentu. Jadi, 
            superego merupakan penyeimbang atas dorongan bawah sadar (Das Bewuszte) 
            dan  dorongan  kesadaran  ego  (Das  unbewuste).  Antar  aparat  psikis  harus 
            terjalin komunikasi yang balance dan harmonis. Masing-masing -dalam segala 
            aktivitasnya-  harus  berjalan  sebagaimana  fungsinya,  sebab  jika  tidak  maka 
            akan  timbul  kegoncangan,  kecemasan,  konflik  batin  yang  mengarah  pada 
            hilangnya keseimbangan kepribadian. (Sigmund Freud, 1960: 23). 
               Superego  adalah  sub  sistem  yang  muatannya  berupa  pesan-pesan 
            komunitas atau sosial yang ditanamkan melalui introjeksi kepada anak kecil 
            melalui orang tua khususnya ayah. Di sana ada nilai, norma atau makna sosial 
            maupun spiritual. (Sutardjo A. Wiramihardja, 2015: 29). 
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Bab iii konsep kesehatan mental perspektif sigmund freud a definisi ia lahir di cekoslovakia pada mei merupakan sosok manusia yang cerdas dan sering tidak puas dengan ajaran doktrin diterimannya sebelum diselidikinya sendiri sehingga membuatnya berada hanya kurang lebih tahun cekoslowakia untuk selanjutnya mengembara ke wina austria guna mempelajari berbagai ilmu pengetahuan sana gigih kebudayaan hubungan trans budaya penuh semangat serta mengadakan analisa penelitian mendalam karena sifatnya sangat radikal menyebabkannya dibenci oleh masyarakatnya kebencian itu bermula dari upaya kritisnya menjelaskan kesalahan kekeliruan bertambah beraninya menunjukkan kejelekan zamannya dia tertarik masuk universitas kedokteran termotivasi teori evolusi darwin dalaminya mendalami biologi sebagai jalan memahami hakekat organisme tubuh manunsia atas semangatnya dalam studi bekerja laboratorium fisiologi antara waktu dipimpin ernest bruche akhirnya pengarahan tulus mewujudkan cita citanya menjadi seora...

no reviews yet
Please Login to review.