Authentication
171x Tipe PDF Ukuran file 0.19 MB Source: media.neliti.com
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol. 11 No. 2 (Juli-Desember) 2020, p. 179-196. Virtue Ethics Aristoteles dalam Kebijaksanaan Praktis dan Politis Bagi Kepemimpinan Islam Raha Bistara Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta rahabistara07@gmail.com Abstract: The aims of this article to discuss about Aristotele’s axiology as one of post- Helleistic philospher. His antropocentric thought has significant influenced upon Muslim philosophers in the later time. Virtue ethics is managing human’s attitude wisely both practical or political became the basic for all person in taking each decisions. This work is an critical analyisis of literature research, this research was using primary resources and primary references for supporting the data. In analyzing the data, we will find out how Aristotle’s thought has implicated broadly for many people especially related to wisdom. This wisdom prudence is not able to be run alone, human nature as zoon politician automatically the virtue ethics view revealed by Aristotle’s is getting run well. This wisdom prudence is not only occurs in the western but also extends to the human being of the east. Automatically, virtue ethics extreamly influences the wisdoms are taken by Muslim leaders both practical and political. Key Words: Aristotle; Virtue Ethics; Muslim leadership; Wisdom prudence practical and politicy. Abstrak: Artikel ini bertujuan membahas pemikiran Aristoteles sebagai filosof pasca helenistik. Pemikirannya yang bersifat antroposentris sangat mempengaruhi pemikir muslim yang akan datang. Virtue ethics sebagai etika yang mengatur manusia untuk berbuat bijaksana baik yang bersifat praktis ataupun politis dijadikan landasan dasar seseorang dalam mengambil setiap keputusan. Penelitian ini bersifat kepustakaan dengan menggunakan sumber primer sebagai rujukan utama dan sumber sekunder sebagai data penunjang. Dengan menguaraikan data-data tersebut kita akan mengetahui bagaimana pemikiran Aristoteles berimplikasi begitu sangat luas dalam diri seseorang terutama ketika berkaitan dengan kebijaksanaan. kebijaksanaan ini tidak bisa dijalankan oleh seorang diri, dengan sifat manusia sebagai zoon politicon secara otomatis gagasan virtue ethics yang dicanangkan oleh Aristoteles dapat berjalan dengan baik. Kebijaksanaan ini tidak hanya terjadi di belahan dunia Barat tetapi juga meluas dalam diri manusia orang-orang Timur. Maka secara otomatis virtue ethics sangat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemimpin muslim baik kebijakan yang bersifat praktis ataupun bersifat politis. Kata Kunci: Aristoteles; Virtue Ethics; Kebijaksanaan Praktis dan Politis; Kepemimpinan Islam. PENDAHULUAN Yunani sebagai negara yang melahirkan banyak filosof dan juga banyak memiliki mitologi yang dinisbatkan kepada dewa-dewa pasti selalu mengalami 179 Raha Bistara: Virtue Ethics Aristoteles dalam Kebijaksanaan Praktis... perubahan. Perubahan itu selalu terkait dengan keadaan sosio masyarakat pada zamannya. Zaman pra-filosof helenistik masyarakat pada umumnya masih mempercayai akan dunia-dunia para dewa yang mengatur mereka namun setelah kemunculan para filosof helenistik pola berpikir masyarakat bergerak kearah yang lebih realisme walaupun masih ada masyarakat yang menyakini mitos-mitos tersebut. Filosof era itu seperti Thales1, Anaximandros2, Anaximenes3, Phytagoras4, Empdokles dan lain sebagainya sudah bisa mengkounter paham-paham mitos yang beredar di sekitar masyarakat dengan jalan filsafatnya mereka masing-masing walaupun masih bercorak filosofis mitologis ataupun filosofis heliosentris. Munculnya para filosof pasca-helenistik mulai bergeser cara pandang mereka, mereka lebih mengfokuskan pada ranah antroposentris seperti Socrates5, Plato dan Aristoteles. Tiga serangkai ini muncul 1 Thales berasal dari Miletus, ia merupakan penduduk asli dari Miletus. Perkiraan hidupnya pada 624 SM dan meninggal pada 546 SM. Thales dikenal orang melalui cerita-cerita sampai dia sendiri tidak tahu kalau dirinya diekan sama orang. Selama hidupnya Thales sering berkelana ke Mesir, cerita Ini dianggap benar karena Mesir pada saat itu peradabbnya lebih maju dari pada Yunani. Thales dianggap sebagai bapak filsafat atau orang yang pertama berfilsafat. Kisah heroic yang plaing fenomenal adlaah ketika ia bisa meramalkan kedatangan gerhana matahari yang pada saat itu dianggap tabu oleh masyarat Yunani karena itu bertentangan denagn para dewa-dewa mereka. pemikiran filsafatnya yang kita kenal adalah bahwa kehidupan ini berasal dari air. Lihat Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Diva Press, 2013, hlm. 68-70 2 Anaximander dalah tokoh yang hidup pada 610-546 SM. Ia tinggal di Miletus yang saat ini dikenal sebagai Turki. Ia adlah sosok yang hidup sebelum era Socrates, ia tokoh yang menjembatani pemikiran dari Thales ke Phytagoras. Pemikirannya ini menekankan pada aspek filsafat, geografi dan geomatri. Ia salah satu pemikir yang menggunakan sains dan matematika untuk mengkaji serta menjelaksn aspek alam semesta. Ia adlaah pengganti Thales sebagai kepada sekolah setelah Thales meninggal. Lihat Wahyu Murtiningsih, Para Filsuf dari Plato Sampai Ibnu Bajjah, Yogyakarta: Diva Press cetakan ke-3, 2014, hlm. 20-21. 3 Anaximenes (584-525 SM) berasal dari Miletus. Menurutnya udara adalah usnur terpenting dalam kehidupan dalan alam menurutnya akan lenyap kemudian muncul kembali dan lenyap dan muncul begitu seterusnya. Baginya alam semeseta dalah sesuatu yang baru bukannsesautu yang tidak memiiki permulaan dan penghabisan. Ia juga menyakini bumi adalah suatu lembaran, lembaran yang berjalan diangkasa dan langit adalah tutupnya dan mengokohkan daridalam adalah bintang-bintang. Lihat Ismail As-Syarafa, Ensiklopedi Filsafat, Terj. Shoffiyatul Muhlas, Jakarta: Khalifa, 2002, hlm. 65-66. 4 Phytagoras (572-497 SM) ia dilahirkan di pulau Samos sebagai seoarang filosof ia tidak meinggal tulisan-tulisan. Karaynya hanya didapatkan dari kesaksian-kesaksian. Pemikirannya semua termaktub dalam bilangan-bilangan dan gejala alam adalah pengungkaoan inderawi dari perbandingan- perbandingan matematis. Bilangan adalah intusari dari semua dasar-dasar benda. Ia juga mengembangkan pokok soal matematika yang termaksud teori bilangan. Ia mnegatakan smeua angka 1-10 memiliki kekuatannya masing-masing yang tidak bisa kita ketahui kekuatan itu. Ia juga tidak mau disebut sebagai orang bijaksana seperti Thales. Akan tetapi sebut saja dia sebagai filsoof. Lihat Asmoro Achamdi, Filsafat Umum, Jakarta: Rajawali Press, cetakan ke-16, 2016, hlm. 35-36. 5 Socrates dilahrikan pada tahun 469 SM disebuah desa di lereng gunung Lycabettus. Bapaknya seoarang pematung dan ibunya seoarng bidan. Mula- mula Socrates magang pada ayahnya. Ia melanjutkan studinya di bawah bimbingan Arhelkeus yang menyanyangi Socrates dalam pengertian paling buruk. Di bawah bimbingan Arhelkeus dia belajar matematika dan astronomi selain mepelajari filsafat sebelumnya. Dalam tempo satu abad filsafat telah digandrungi sebanding filsafat nuklir pada abad ini. Ketika masih muda Socrates bertmeu dengan Parmenides dari Elia dan belajar kepadanya. Semasa 180 Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, Vol. 11 No. 2 (Juli-Desember) 2020, p. 179-196. untuk meredam konfik dan ketidakadilan yang ada masyarakat saat itu tentunya masyarakat Yunani walaupun nantinya jaran-ajaran mereka kita ikuti sampai sekarang. Sebagai tokoh yang selalu merombak perilaku-perilaku yang tidak baik dalam diri manusia, Aristoteles membuat karya yang memang khusus merubah pola dan perilaku manusia yakni antara lain Etika Nikhomakia, Mega Ethika dan Etika Edumeia. Seperti dalam Nichocmacean Ethics ia menjelaskan bagaimana seseorang harus bijaksana, karena kebijaksanaan bentuk pengetahuan yang paling sempurna. Orang tidak saja mengetahuai apa yang akan terjadi atas prinsip yang mendahului, tetapi juga harus memiliki kebenaran tentang prinsip-prinsip pertama.6 Dengan hal ini pengetahuan seseorang mengenai kebijaksanaan merupakan suatu pemikiran intuitif yang digabungkan dengan pengetahuan ilmiah dan nanti akan dilengkapi dengan ilmu pengetahuan objek tertinggi. Manusia sebagai mahluk yang mendayagunakan antara pengetahuan yang bersifat intuitif dan pengetahuan yang bersifat rasioanlis dan empriris bisa bersikap secara bijaksana dalam hal apa pun yang terkait hubungnya secara vertikal ataupun secara horizontal. Hanya orang yang mempunyai kebijaksanaan praktis saja yang dapat mencapai kedua garis tersebut selain itu tidak bisa. Tidak dapat dipungkiri gagasan Aristoteles sangat mempengaruhi dunia Islam terutama yang terkait dengan etika. Virtue ethics yang dikembangkan oleh Aristoteles dilanjutkan oleh pemikir-pemikir muslim yang konsen dalam kajian etika (ahlaq) dalam memberikan pengaruh yang besar terhadap pola kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin Islam. Penguasa atau pemimpin dalam menetapkan kebijakan praktis ataupun politis harus memiliki etika dan moral yang baik dan bisa menguasai keilmuan yang bersifat rasional materialis dan metafisis. Kebijaksanaan praktis yang diterapkan Aristoteles setidaknya bisa mengatur pola yang baik antara individu yang satu dengan yang lain, karena manusia pada hakikatnya adalah zoon politicon. Namun, apakah bisa tanpa keutamaan (virtue ethics) orang bisa menjalankan kebijaksaan praktis. Serta apakah kepemimpinan dalam Islam Socratessegala ilmu pengetahuan bagian dari filsafat. Lihat Paul Strathern, Socrates in 90 Minutes, terj. Franz Kowa, 90 Menit Bersama Socrates, Jakarta: Erlangga, 2001, hlm.11-13. 6 Aristotle dan W. D Ross, The Nichomachean Ethics, (London: Oxford University Press, 1959).hlm. 151. 181 Raha Bistara: Virtue Ethics Aristoteles dalam Kebijaksanaan Praktis... harus dilandasai dengan virtue ethics dalam menerapkan sikap yang adil dari setiap kebijakannya. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa buku, catatan maupun laporan hasil penelitian terdahulu.7 Sumber data ini terdari dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapaun sumber data primernya karangan asli dari Aristoteles dan sumber data sekundernya adalah karya-karya lain yang menunjang penelitian ini. Perjalanan Intelektual Aristoteles Aristoteles (384-322 SM) salah satu filsuf besar dari Yunani yang lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya adalah seoarang dokter di Macedonia pada masa pemerintahan Philip V, ayah dari Alexander Agung. Ia belajar di Akademi Plato selama 20 tahun. Gurunya memanggilnya sebagai “The Reader” karena kepandaiannya yang sangat menonjol.8 Setelah Plato meninggal, Aristoteles meninggalkan Akademia yang dipimpin oleh Speusippos, kemenakan Plato dan pergi ke Assos, Asia kecil. Aristoteles mungkin merupakan pemikir yang unik dan orisinal. Jika pada dialog-dialog yang ditulis oleh Plato orang susah membaca mana pemikiran Plato dan mana pemikiran Socrates, orang tidak berhadapan pada soal itu pada karya-karya Aristoteles.9 Aristoteles mempelajari dan menguasai banyak bidang pengetahuan yang sekarang tidak mungkin lagi dilakukan oleh manusia individual. Kepribadiannya, sebagaimana tercermin juga dalam doktrin-dokrtinnya, perpaduan ini mencerminkan harmoi dari berbagai kekuatan karakter dan intelek. Sebagai seorang akademikus yang ulung, Aristoteles dikenal sebagai pemborong yang rakus terhadap karya-karya klasik. Tidak mengherankan kalau nanti Aristoteles dikenal sebagai orang yang pertama memiliki perpustakaan sendiri.10 Kerakusan ini karena Aristoteles mendapatkan warisan tanah dari ayahnya kemudian di jual untuk membeli naskah-naskah klasik. Aristoteles dikenal sebagai orang yang ramah dan 7 M. Iqbal Hasan ; Editor: M.S. Khadafi dan Lolita, Pokok-pokok materi metodologi penelitian & aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11. 8 Endang Daruni Asdi dan Husnan Aksa, Filsuf-Filsuf Dunia dalam Gambar. Yogyakarta: Karya Kencana, 1982, hlm. 23. 9 Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Yunani klasik: relevansi untuk abad XXI,(Yogyakarta: Jalasutra, 2013), hlm. 213. 10 Paul Strathern, Aristotle in 90 Minutes, 1996, hlm. 8. 182
no reviews yet
Please Login to review.