Authentication
109x Tipe PDF Ukuran file 0.24 MB Source: mahasiswa.yai.ac.id
Psikodiagnostika IV (Intelegensi) Macam – Macam alat test dan kegunaanya Nama : Childy Rizqiqa Qarolea NIM : 1824090128 Dosen :Febi Herdajani,S.Psi.,M.Si.,Psi Hari/Kelas : Kamis,15:20 – 17.50 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 1. The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC) Definisi: Tes inteligensi K-ABC merupakan baterai (rangkaian) tes yang relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun (Kaufman, kamphaus, & Kaurman, 1985, dalam Azwar 1996). Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari the University of Alabama.Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah Sequal Processing Scale dan Simulation Processing Scale. Sequal Processing Scale yaitu skala yang mengungkap abilitas atau kemampuan untuk memecahkan permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal diantara stimulus. Stimulus ini, baik verbal maupun visual harus ditangni secara berurutan agar tercapai performansi yang optimal. Kegunaan: Dalam K-ABC kemampuan ini diungkap antara lain oleh subtes Word Order dimana subjek harus menunjuk pada bayangan gambar dalam urutan sama dengan urutan nama yang disebut oleh penguji. Simulation Processing Scale yaitu skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak dalam memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama. Permasalahan yang diajukan sering kali bersifat analogi atau mengandung aspek spasial. Baik berwujud perseptual maupun berujud konseptual, stimulusnya menghendaki pengerahan daya sintesis simultan agar tercapai penyelesaian yang benar. Dalam K-ABC, stimulus bentuk ini mencakup tugas pengenalan bercak tinta yang disajikan separuh selesai (Gestalt Completion) dan analogi visual yang umumnya abstrak (Matrix Analogies). Baterai dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequantial dan Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan non-Verbal Scale. Skor pada kesemua skala dalam K-ABC dibuat memiliki mean 100 dan unit deviasi standar sebesar 15 agar dapat dibandingkan langsung satu sama lain dan dengan ukuran inteligensi lain. Skala nonverbal dalam K- ABC merupakan bentuk pendek dari Mental Processing Scale yang dikhususkan bagi anak usia 4 sampai 13,5 tahun dan mencakup pula subtes yang dapat disajikan secara pantomim serta direspon secara motorik. 2. CFIT (Culture Fair Intelligence Test). Culture Fair Intelligence Test (CFIT) merupakan salah satu tes inteligensi yang sering digunakan oleh psikolog dan lembaga psikologi di Indonesia. Pertama kali Tes inteligensi CFIT ini dikembangkan oleh Raymond B. Cattell pada tahun 1940. Dalam proses administrasinya, Tes CFIT relatif tidak memakan waktu yaitu hanya sekitar 30 menit sehingga tes CFIT populer digunakan di kalangan praktisi (Suwandi, 2015). Menurut Cattell (dalam Suwandi, 2015) inteligensi terbagi menjadi 2 komponen, yaitu fluid dan crystallized intelligence. Fluid intelligence merupakan kecerdasan yang berasal dari sifat bawaan lahir atau hereditas. Sedangkan crystallized intelligence adalah kecerdasan yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya kecerdasan yang didapat melalui proses pembelajaran di sekolah. Tes ini dikembangkan sebagai tes non verbal untuk mengukur fluid intelligence (Gf). Tes CFIT memiliki tiga jenis skala, yaitu: skala 1 ditujukan untuk usia 4 sampai 8 tahun, skala 2 ditujukan untuk usia 8 sampai 13 tahun, dan skala 3 ditujukan untuk individu dengan kecerdasan di atas rata-rata. Skala 2 dan 3 berbentuk paralel (A dan B) sehingga tes ini yang dapat digunakan untuk pengetesan kembali. Umumnya tes-tes ini dapat diberikan pada sekelompok individu secara kolektif, namun terkecuali beberapa subtes dari skala 1. Skala 1 memiliki delapan subtes, namun yang benar-benar adil secara budaya hanya separuhnya (Suwandi, 2015). Terdapat kemiripan antara skala 2 dan 3 tes CFIT, yang membedakan hanya tingkat kesukarannya. Suwandi (2015) menjelaskan bahwa skala ini terdiri dari empat subtes, yaitu: - Series terdiri dari 13 item, peserta diinstruksikan untuk melanjutkan gambar secara logis dari 3 gambar yang telah disajikan sebelumnya. - Classification terdiri dari 14 item, peserta diinstruksikan untuk mencocokan 2 gambar dari setiap seri. Kemudian pada gambar yang cocok dipasangkan bersama. - Matrice terdiri dari 13 item, peserta diinstruksikan untuk menentukan mana dari 5 alternatif yang paling logis untuk melengkapi pola matriks yang telah disajikan. - Topology terdiri dari 10 item, peserta diinstruksikan untuk mencari aturan umum dimana titik ditempatkan dengan menyimpulkan aturan dan memilih gambar yang berlaku. CFIT Di Indonesia sendiri, CFIT diadopsi dan dikembangkan oleh Universitas Indonesia pada tahun 1975. Cattel merancang CFIT untuk mengurangi pengaruh budaya, perbedaan kecakapan verbal, dan perbedaan tingkat pendidikan. CFIT dirancang untuk bebas dari bias budaya dan cocok dipakai oleh beragam populasi, termasuk peserta tes yang tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris (Lynn dkk, dalam “Buku Petunjuk Penggunaan CFIT”, 2013), maka CFIT dapat digunakan di Indonesia tanpa adanya perubahan atau adaptasi terhadap aitem-aitemnya (“Buku Petunjuk Penggunaan CFIT”, 2013).Roberto Colom, Botella, Santacreu (2002) melaporkan bahwa Culture Fair Intelligence Scale (CFIT) merupakan tes yang cukup terkenal dalam mengukur intelligensi fluid. Dalam penelitian ini menggunakan alat tes CFIT, CFIT merupakan tes non verbal yang mengukur intelligensi fluid yang terdiri dari empat bagian yang dibagi perwaktu pengerjaan yakni series, classification, matrices, dantopology. Keempat bagian tersebut terdiri atas problem pilihan ganda dengan taraf kesukaran yang semakin meningkat, serta termasuk di dalamnya aspek-aspek dari pemahaman visual spasial. Skor mentah kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor komposit yang kemudian dikonversikan dalam IQ yang terstandarisasi (Naderi & Abdullah, 2010). Di Indonesia dikenal dengan nama : 1. Tes G skala 2A (A7A) 2. Tes G skala 2B (A7B) 3. Tes G skala 3A 4. Tes G skala 3B Test Culture Fair Intelligence atau disingkat Tes CFIT terdiri dari 3 (tiga) skala yang disusun dalam Form A dan Form B secara paralel. Tes ini dibuat oleh Raymond B. Cattel dan A. Karen S. Cattel serta sejumlah staff penelitian dari Institute of Personality and Ability Testing (IPAT) di Universitas Illinois, Champaign, Amerika Serikat tahun 1949. Tes ini adalah bentuk skala 3 Form A dan B yang biasanya digunakan untuk tes klasikal bagi subjek-subjek berusia 13 tahun sampai dengan dewasa. Culture Fair Intelligence Test dimaksudkan untuk mengukur kemampuan umum (General Ability) atau di sebut dengan G-Factor. Menurut teori kemampuan yang dikemukakan oleh Raymond B. Cattell, Culture Fair Intelligence Test adalah untuk mengukur Fluid Ability seseorang. Fluid Ability adalah kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter. Kemampuan kognitif yang Fluid ini di dalam perkembangan individu selanjutnya mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya yang disebut sebagai Cristalized Ability. Cristalized Ability seseorang merupakan kemampuan kognitif yang diperoleh dalam interaksi individu dengan lingkungan disekitarnya. Kemampuan kognitif seseorang tergantung dari sampai berapa jauh keadaan Fluid Abilitynya dan bagaiamana perkembangan Cristalized Abilitynya. Atas dasar pengertian ini, maka penggunaan Culture Fair Intelligence Test akan lebih lengkap apabila disertai pula dengan penggunaan tes-tes intelegensi umum lainnya yang mengukur Cristalized Ability, misalnya tes intelegensi umum 69 (TINTUM 69) atau Tintum bentuk A atau bentuk B. • Penyajian Tes : Tes ini dapat disajikan secara individual maupun klasikal. Disamping tester, perlu pengawas tambahan bagi kelompok yang terdiri dari 25 orang atau lebih. • Tujuan : Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor kemampuan mental umum atau kecerdasan. 1. Skala 1 Usia 4-8 tahun dan orang dengan RM Tidak ada bentuk A & B Terdiri atas 8 subtes
no reviews yet
Please Login to review.