Authentication
188x Tipe PDF Ukuran file 0.53 MB Source: repository.ump.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan hasil karya manusia baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai pengantar dan mempunyai nilai estetik yang dominan.Sastra merupakan ungkapan estetis yang memakai bahasa sebagai wahananya. Dengan demikian untuk memahami sastra harus memahami bahasa. Sebagai salah satu genre karya sastra, puisi tidak hanya merangkai kata dan pemahaman bahasa. Puisi adalah struktur tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana kepuitisan. Bahasa merupakan unsur yang penting di dalam puisi. Karya sastra merupakan dunia kemungkinan, artinya ketika pembaca berhadapan dengan karya sastra, maka ia berhadapan dengan kemungkinan penafsiran. Setiap pembaca berhak dan seringkali berbeda hasil penafsiran terhadap makna karya sastra. Pembaca dengan horison harapan yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan penafsiran terhadap sebuah karya sastra tertentu. Hal ini berkaitan dengan masalah sifat, fungsi, dan hakikat karya sastra. Sifat-sifat khas sastra ditunjukkan oleh aspek referensial (acuan) “fiksionalitas”, “ciptaan” dan sifat “imajinatif”. Sedangkan, fungsi sastra tergantung dari sudut pandang serta ditentukan pula oleh latar ideologinya (Wellek dan Warren, 1995: 18-20). Hakikat keberadaan karya sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi. Salah satu bentuk dari karya sastra di antaranya, puisi yang merupakan dunia dalam kata yaitu dunia yang direkonstruksikan oleh 1 Konsep Religiusitas Pada..., Fina Septiani, FKIP UMP, 2012 2 penciptanya, dimana dalam dunia itu selalu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan berirama (Pradopo,1997:7). Puisi merupakan penggambaran ekspresi seorang pengarang tentang apa yang dirasakan, dilihat ataupun didengar begitu juga apa yang ada dalam khayalannya. Setiap puisi tercipta dengan tangan-tangan yang mampu mencapai kesempurnaan dalam berpikir. Dengan begitu dapat dikatakan puisi merupakan jenis sastra yang di dalamnya mengandung sistem tanda yang bermakna dengan bahasa sebagai medium. Seorang penyair menulis puisi untuk mengekspos yang tak terekspos. Puisi ditulis bukan untuk melayani keumuman dan kemubadziran. Jika di hadapan seorang penyair terbentang pintu yang ia dilarang memasukinya, maka masuklah ia ke sana. Penyair mesti menemukan yang tak terucap, kemudian mengucapkannya dalam jalinan kata-kata. Dikemukakan oleh Riffaterre dalam Pradopo (1997: 3) bahwa puisi selalu berubah sesuai evolusi selera dan perubahan konsep estetik. Pada kaitan itu, dalam menginterpretasi puisi, pembaca terkadang tidak dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, sesuatu yang memiliki makna (Pradopo, 1997: 3). Di samping itu, puisi juga memiliki unsur simbolik yang harus dipahami dengan detil sesuai dengan konteksnya. Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan Konsep Religiusitas Pada..., Fina Septiani, FKIP UMP, 2012 3 dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman rekaan dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1997:11). Mangun Wijaya dalam Nurgiantoro (2007: 326) menyatakan bahwa kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah setua keberadaan sastra itu sendiri. Bahasa sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Tema dalam puisi yang memiliki tingkat tinggi adalah tema ketuhanan atau religius. Karena dengan tema yang demikian penyair mengajak pembaca merenungkan kekuasaan Tuhan. Dengan merenungi Tuhan dan kekuasaan-Nya, manusia akan menyadari keterbatasannya. Dengan jalan demikian manusia berusaha menjadi lebih baik dan dekat dengan Tuhan (Waluyo, 1995:120). Dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan aspek religiusitas pada puisi-puisi karya Teguh Trianton tahun 2003-2009 yang banyak termuat di media masa berupa media cetak yaitu Kompas, Harian Bernas Jogja, Tabloid Minggu Pagi, SKH Kedaulatan Rakyat, Solo Pos, Wawasan, Suara Karya, Suara Merdeka, Batam Pos, Jurnal Sastra Pesantren Fadilah (yogyakarta), Jurnal Penelitian Agama (JPA) dan ada juga yang sudah dibukukan pada buku Ulang Tahun Hujan (2012, Beranda Budaya Banyumas Purwokerto). Puisi-puisi Teguh Trianton merupakan daya kreatifnya dalam mengungkapkan pengalaman yang dialami penyair, berupa pengalaman cinta, kejadian sehari-hari sampai pengalaman religi penyair ungkapkan dengan kata-kata yang imajinatif, sehingga pembaca terkesan dengan pesan yang diungkapkan melalui puisinya. Banyak kata-kata yang digunakan penyair mengandung simbol, kata-kata tersebut ada Konsep Religiusitas Pada..., Fina Septiani, FKIP UMP, 2012 4 pada kehidupan sehari-hari yang dikreasikan menjadi suatu karya sastra yang estetik berupa puisi.Seperti yang diungkapkan oleh Wachid (dalam Kurniawan dkk, 2003:32) Teguh Trianton selalu berhasil membahasakan pikiran-pikiran agama di dalam puisinya, sebagai misal, banyaknya sistem penandaan yang dikonstruk oleh penyair demi tujuan penggandaan makna sajak, atau demi pencarian kebaruan pengucapan sajak. Hal tersebut merupakan salah satu ungkapan bahwa Teguh Trianton dalam puisinya memiliki makna keagamaan atau religi yang selalu dikreasikan dengan kata-kata yang unik, imajinatif dan penuh dengan makna, alasan tersebutlah yang mendorong penulis untuk menganalisis puisi-puisi karya Teguh Trianton dengan aspek religiusitas dengan menginterpretasikan simbol-simbol yang digunakan pada puisi. Salah satu contoh sajak karya Teguh Trianton yang imajinatif dan unik terdapat pada sajak dengan judul “Sms Pagi Hari” dalam sajak ini terdapat kata- kata yang biasa digunakan oleh seseorang pada jaman modern ini. Misalnya dalam sajak ini terdapat kata “Sms” (Short Massage Service). Sekilas kata tersebut tidak ada hubungannya dengan aspek keagamaan. Tetapi apabila sajak tersebut dibaca secara mendalam, terdapat makna religiusitas pada kata “sms” yang digunakan penyair. Berikut sajak “Sms Pagi Hari”: SMS pagi hari terimakasih atas pulsa yang tak pernah habis di jantung ini, pun baterai yang tak pernah low, sebab matahari dan udara menjadi charger paruku. Konsep Religiusitas Pada..., Fina Septiani, FKIP UMP, 2012
no reviews yet
Please Login to review.