202x Filetype PDF File size 0.38 MB Source: erepo.unud.ac.id
1 TERJEMAHAN TEXTBOOK NUTRITION Oleh: Ni Putu Anindya Divy (1202006044) Yogeswary Phnnir Salvam (1202006227) Pembimbing: dr. Tjahya Aryasa EM, Sp.An DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN / SMF ILMU ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA RSUP SANGLAH DENPASAR 2017 2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii TERJEMAHAN TEXTBOOK .......................................................................................... 1 LAMPIRAN .................................................................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA 3 Nutrisi – Michael J. Murray 1.1 Nutrisi Enteral dan Parenteral Nutrisi enteral didefinisikan sebagai pemberian makanan yang langsung diberikan ke traktus gastrointestinal pasien (pipa nasogastrik, pipa nasointestinal, pipa gastrostomi, pipa jejunostomi). Nutrisi parenteral didefinisikan sebagai pemberian nutrisi yang langsung masuk ke sirkulasi vena (vena perifer atau vena sentral). Istilah total parenteral nutrition (TPN) digunakan ketika satu-satunya sumber suplai makanan hanya melalui rute parenteral. Bantuan nutrisi dikarakteristikkan sebagai penggunaan nutrisi enteral atau parenteral bukannya menggunakan diet oral. Jika pasien telah menjalani TPN, harus dilanjutkan pada periode perioperatif, sedangkan nutrisi enteral harus dihentikan sekitar 6 jam sebelum operasi (menurut rekomendasi pencernaan makanan sebelum operasi elektif). 1.2 Bantuan Nutrisi TPN bertujuan untuk memberi suplai semua elemen nutrisi inorganik dan organik yang dibutuhkan untuk mempertahankan komposisi tubuh yang optimal. Pemberian makanan melalui traktus gastrointestinal (nutrisi enteral) lebih dipilih dibandingkan pemberian makanan intravena (IV) karena bersifat lebih fisiologis. Nutrisi enteral memberikan gizi yang menstimulasi faktor trofik (mis gastrin, kolesistokinin, bombesin) yang dilepaskan dari lumen yang mempertahankan integritas lambung (mis tautan rapat antara sel intraepitel dan tinggi vilus) dan aktivitas absorbsi dari usus halus. Faktor-faktor ini mengurangi translokasi bakteri dari traktus gastrointestinal dan, secara bersamaan, mendukung pembentukan imunosit penghasil IgA, yang berada di Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT). Memang, rute pemberian makanan lebih penting dibandingkan jumlah nutrisi yang diberikan, dan hasil berhubungan dengan asupan protein enteral pada pasien yang sakit. Sehingga, walaupun kebutuhan kalori dan nitrogen pasien tidak dapat dipenuhi dengan nutrisi luminal, rute enteral sebaiknya digunakan kecuali ada kontraindikasi (obstruksi usus, luas permukaan usus yang tidak adekuat, diare yang tidak sembuh). Jika ada kontraindikasi dan pasien tidak kurang gizi atau stres berat, nutrisi parenteral bukan merupakan keharusan pada minggu pertama setelah operasi atau rawat intensive care unit (ICU) karena tampaknya tidak 4 memberikan keuntungan yang nyata. Rute enteral dan parenteral dapat diberikan secara bersamaan untuk memenuhi kebutuhan gizi, walaupun tidak ada bukti bahwa kombinasi dari keduanya untuk memenuhi kebutuhan kalori memperbaiki hasil akhir. Lebih lanjut lagi, penelitian prospektif besar baru-baru ini yang dilakukan pada pasien yang sakit kritis menunjukkan bahwa pemberian glutamin enteral ditambah dengan glutamin parenteral dihubungkan dengan peningkatan mortalitas rumah sakit, mortalitas 28 hari, dan mortalitas 6 bulan. Bantuan nutrisi preoperatif hanya diberikan untuk pasien gizi kurang yang menjalani operasi elektif besar; rekomendasi ini umumnya tidak diikuti karena berbagai alasan, tapi jika ada waktu, perbaikan status gizi dihubungkan dengan perbaikan hasil akhir. Sebagian besar pasien tidak membutuhkan bantuan nutrisi, dan manfaat dari intervensi yang mahal ini telah dibuktikan hanya pada beberapa kelompok pasien (Tabel 36-1). Pasien yang tidak mampu untuk makan dengan adekuat secara oral dalam 7 sampai 10 hari dari operasi maka bantuan nutrisi harus mulai diberikan dalam 2 sampai 4 hari postoperatif, atau 1 sampai 2 hari jika mereka dirawat di ICU. Walaupun manfaat nutrisi parenteral pada periode perioperatif masih kontroversial, pemberian makan enteral postoperatif telah menunjukkan mengurangi angka komplikasi pada pasien gizi kurang walaupun angka mortalitas tidak berubah. Pasien yang cedera parah, pasien luka bakar, dan pasien dengan sepsis, biasanya hipermetabolik, sehigga bantuan nutrisi dalam 24 sampai 48 jam setelah masuk mungkin bermanfaat. Sebagai contoh, kebutuhan energi dapat menjadi dua kali lipat dan kebutuhan protein dapat meningkat tiga kali lipat pada pasien dengan luka bakar berat. Sebaliknya, peningkatan laju metabolisme basal yang muncul selama dan segera setelah operasi elektif tanpa komplikasi kurang dari 10%, sehingga pemberian cairan glukosa (~500 kkal per hari) pada periode postoperatif sudah cukup, dan bantuan nutrisi lebih lanjut tidak memperbaiki hasil akhir. Pasien dengan stres minimal membutuhkan sekitar 25 sampai 30 kal/kg dan 1g/kg protein setiap harinya untuk tetap berada dalam keseimbangan nitrogen dan energi. Pasien dengan stres sedang atau berat harus diresusitasi terlebih dahulu dan mulai diberikan regimen hipokalorik (20 kal/kg) sampai respon stresnya reda. Kalori lemak dari infus propofol dapat signifikan dan harus dimasukkan ketika menghitung asupan kalori.
no reviews yet
Please Login to review.