jagomart
digital resources
picture1_Makalah Integrasi Nasional 5


 236x       Tipe DOCX       Ukuran file 0.03 MB    


File: Makalah Integrasi Nasional 5
integrasi nasional masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara terutama negara negara yang usianya masih relatif muda termasuk indonesia hal ini disebabkan karena mendirikan negara berarti menyatukan ...

icon picture DOCX Word DOCX | Diposting 22 Dec 2021 | 4 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
       INTEGRASI NASIONAL
          Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara,
       terutama negara-negara yang usianya masih relatif muda, termasuk Indonesia. Hal ini 
       disebabkan karena mendirikan negara berarti menyatukan orang-orang dengan segala 
       perbedaan yang ada menjadi satu entitas kebangsaan yang baru menyertai berdirinya 
       negara tersebut. Begitu juga negara Indonesia yang usianya masih relatif muda. Sejak 
       proklamasi kemerdekaan sampai sekarang negara Indonesia masih menghadapi persoalan 
       bagaimana menyatukan penduduk Indonesia yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam 
       suku, memeluk agama yang berbeda-beda, berbahasa dengan bahasa daerah yang 
       beranekaragam, serta memiliki kebudayaan daerah yang berbeda satu sama lain, untuk  
       menjadi satu entitas baru yang dinamakan bangsa Indonesia. 
          Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun kehidupan 
       bernegara ini, kita masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya konflik atar kelompok 
       dalam masyarakat, baik konflik yang berlatarbelakang kesukuan, konflik antar pemeluk 
       agama, konflik karena kesalahpahaman budaya, dan semacamnya. Hal itu menunjukkan 
       bahwa persoalan integrasi nasional Indonesia sejauh ini masih belum tuntas perlu terus 
       dilakukan Walaupun harus juga disadari bahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhnya 
       tidak mungkin diwujudkan, dan konflik di antara sesama warga bangsa tidak dapat 
       dihilangkan sama sekali. Tulisan ini akan memaparkan kondisi masyarakat Indonesia yang 
       diwarnai oleh berbagai macam perbedaan dan upaya Mewujudkan integrasi nasional 
       dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan- perbedaan tersebut.
          A. Integrasi Nasional dan Pluralitas Masyarakat Indonesia
        1. Pengertian Integrasi Nasional
       Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatubangsa dengan pemerintah
       dan wilayahnya (Saafroedin Bahar,1998). “Mengintegrasikan” berarti membuat untuk atau 
       menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. 
       MenurutHoward Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda 
       dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan 
       masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi 
       bangsa dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi satu masyarakat 
       besar. Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi,
       yaitu:
        A.  Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial 
         dalam satu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional, membangun rasa 
         kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang lebih sempit.
        B.  Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat 
         di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial 
         budaya masyarakat
        C.  Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan yang 
         diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada 
         kelompok elit dan
        D.  Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang 
         diperlukan dalam memelihara tertib sosial.
        E.  Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima 
         demi mencapai tujuan bersama.
        Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5 (lima) tipe integrasi yaitu
       : 
        1. integrasi nasional,
        2.  integrasi wilayah, 
        3. integrasi nilai, 
        4. integrasi elit-massa, dan 
        5. integrasi tingkah laku (tindakan integratif).
        Integrasi merupakan upaya menyatukan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu 
       masyarakat menjadi satu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat kecil 
       yang banyak jumlahnya menjadi satu.
        Howard Wriggins (1996) menyebut ada 5 (lima) pendekatan atau cara bagaimana para 
       pemimpin politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutnya 
       kami sebut sebagai faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu negara adalah: 
        1) adanya ancaman dari luar, 
        2) gaya politik kepemimpinan, 
        3) kekuatan lembaga-lembaga politik,
        4) ideologi nasional, dan 
        5) kesempatan pembangunan ekonomi. 
        Hampir senada dengan pendapat di atas, Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa 
       suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila, 
        1) masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat 
         dijadikan rujukan bersama, 
        2) masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “croos cutting affiliation”  
         sehingga menghasilkan “croos cutting loyality”, dan 
        3) masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit-unit sosial yang 
         terhimpun didalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.
        2. Pentingnya Integrasi Nasional
          Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. 
       Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk 
       membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat 
       suatu negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak 
       kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materiil seperti kerusakan sarana dan 
       prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual 
       seperti perasaan kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang 
       berkepanjangan. Di sisi lain banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang
       mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan 
       masyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian 
       negara yang senantiasa diwarnai konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan 
       kemajuan. Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin 
       diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawakan potensi integrasi juga 
       menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk 
       bekerjasama, serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupan 
       potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam 
       masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan 
       kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu 
       tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisinya 
       integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangan dibutuhkan untuk membangun 
       kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan 
       dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan untuk membangun kejayaan 
       nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang 
       bersangkutan.
        3. Pluralitas Masyarakat Indonesia
          Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau 
       masyarakat majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti. Dengan 
       meminjam istilah yang digunakan oleh Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah 
       merupakan masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri 
       sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam oleh ikatan-ikatan 
       yang bersifat primordial. (Geertz, 1963: 105 dst.) Apa yang dikatakan sebagai ikatan 
       primordial di sini adalah ikatan yang muncul dari perasaan yang lahir dari apa yang ada 
       dalam kehidupan sosial, yang sebagian besar berasal dari hubungan keluarga, ikatan 
       kesukuan tertentu, keanggotaan dalam keagamaan tertentu, budaya, bahasa atau dialek 
       tertentu, serta kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan ikatan yang sangat kuat 
       dalam kehidupan masyarakat. 
          Sedangkan menurut Pierre L. van den Berghe masyarakat majemuk memiliki 
       karakteristik (Nasikun, 1993: 33):
       A.  Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki sub-
        kebudayaan yang berbeda satu sama lain;
       B.  Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-
        komplementer;
       C.  Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang 
        bersifat dasar;
       D. Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok
        yang lain;
       E.  Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling 
        ketergantungan dalam bidang ekonomi;
       F.  Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
        4. Potensi Konflik dalam Masyarakat Indonesia
          Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai keanekaragaman, 
       harus disadari bahwa masyarakat Indonesia menyimpan potensi konflik yang cukup besar, 
       baik konflik yang bersifat vertikal maupun bersifat horizontal. Konflik vertikal di sini 
       dimaksudkan sebagai konflik antara pemerintah dengan rakyat, termasuk di dalamnya 
       adalah konflik antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Sedangkan konflik 
       horizontal adalah konflik antarwarga masyarakat. Kebijakan pemerintah pusat sering 
       dianggap memunculkan kesenjangan antardaerah, sehingga ada daerah-daerah tertentu 
       yang sangat maju pembangunannya, sementara ada daerah-daerah yang masih terbelakang. 
       Dalam hubungan ini, isu dikhotomi Jawa-luar Jawa sangat menonjol, di mana Jawa dianggap 
       merepresentasikan pusat kekuasaan yang kondisinya sangat maju, sementara banya daerah-
       daerah di luar Jawa yang merasa menyumbangkan pendapatan yang besar pada negara, 
       kondisinya masih terbelakang.
       Menurut Stedman (1991:373), penyebab konflik kedaerahan adalah:
        1) Krisis pemerintahan nasional, baik karena persoalan suksesi maupun jatuh 
          bangunnya pemerintahan karena lemahnya.
        2)
        3)
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Integrasi nasional masalah merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara terutama usianya masih relatif muda termasuk indonesia hal ini disebabkan karena mendirikan berarti menyatukan orang dengan segala perbedaan ada menjadi satu entitas kebangsaan baru menyertai berdirinya tersebut begitu juga sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang menghadapi bagaimana penduduk di dalamnya terdiri dari berbagai macam suku memeluk agama berbeda beda berbahasa bahasa daerah beranekaragam serta memiliki kebudayaan sama lain untuk dinamakan bangsa pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun kehidupan bernegara kita sering dihadapkan pada kenyataan adanya konflik atar kelompok masyarakat baik berlatarbelakang kesukuan antar pemeluk kesalahpahaman budaya dan semacamnya itu sejauh belum tuntas perlu terus dilakukan walaupun harus disadari arti sepenuhnya tidak mungkin diwujudkan antara sesama warga dapat dihilangkan sekali tulisan akan memaparkan kondisi diwarnai oleh upaya mewujudk...

no reviews yet
Please Login to review.