jagomart
digital resources
picture1_Ekonomi Pdf 9196 | Seberapa Pentingkah  Policy Brief | Kehutanan


 392x       Tipe PDF       Ukuran file 1.82 MB       Source: 2010 Penetapan Business as Usual Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Kehutanan


File: Ekonomi Pdf 9196 | Seberapa Pentingkah Policy Brief | Kehutanan
kementerian kehutanan issn 2085 787x badan penelitian dan pengembangan kehutanan pusat penelitian sosial ekonomi dan kebijakan kehutanan policy penetapan volume 4 no 2 tahun 2010 business as daftar isi usual ...

icon picture PDF Filetype PDF | Diposting 29 Jun 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
                         Kementerian Kehutanan                                                            ISSN : 2085-787X
                         Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
                         Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan
                              Policy
                                                                                    PENETAPAN  
                        Volume 4 No. 2 Tahun 2010                     BUSINESS AS 
         Daftar Isi                                                             USUAL 
          Profil Emisi Sektor        2                                      EMISI GAS RUMAH KACA  
          Kehutanan                                                           SEKTOR KEHUTANAN:
          Sumber Emisi Sektor        3                        
          Kehutanan
          Sumber Serapan/            3                         seberapa
          Penambahan Stok Carbon 
          Hutan
          Pendekatan dalam           3                               pentingkah
          Penetapan BAU
          Penutup                    8
                                                                 ada saat Presiden RI menyatakan target nasional 
                                                                 untuk menurunkan emisi 26% atau 14% untuk 
                                                         P   sektor kehutanan sampai tahun 2020, pertanyaan 
                                                         pertama yang muncul antara lain adalah dapatkah target 
                                                         tersebut dicapai atau apakah target tersebut realistik? 
                                                         Sebenarnya permasalahannya bukan pada angka target 
                                                         26% atau 41% tetapi realistik/tidaknya target tersebut 
                                                         akan sangat tergantung pada angka BAU yang digunakan.
                                         Kehutanan yang dalam konteks perubahan iklim dimasukan dalam kategori 
                                         LULUCF (Land use, land use change and forestry), atau kemudian dikenal 
                                         dengan AFOLU (Agriculture, Foretsry and Land Use) memainkan peranan 
                                         penting dalam siklus karbon global. Emisi GRK sektor kehutanan dari Indonesia, 
                                         masih yang terbesar dibandingkan dengan sektor lain atau 48%. Indonesia 
                                         berkomitmen untuk menurunkan tingkat emisi 26% sampai tahun 2020, sehingga 
                                         kontribusi penurunan emisi dari sektor kehutanan menjadi sangat penting.
            Tim Penulis : Ari Wibowo, Mega Lugina, Indartik, Nunung Parlinah, Kirsfianti L. Ginoga dengan Nara Sumber Nur Masripatin
                              Berdasarkan hasil inventarisasi gas rumah kaca (GRK) nasional yang menggunakan base-
                              year tahun 2000 (2nd National Communication, 2009), sektor kehutanan merupakan 
                              pengemisi GRK (net emitter) yang umumnya berasal dari deforestasi dan degradasi serta                Sumber Emisi Sektor Kehutanan
                              kebakaran hutan termasuk gambut. Disisi lain, sektor ini juga mempunyai potensi besar                                      Dari hasil inventarisasi dengan base-year tahun 2000 diketahui bahwa sumber emisi utama 
                              untuk menyerap GRK (removal) melalui penanaman pohon dan pertumbuhan hutan.                                                sektor LULUCF adalah deforestasi, kebakaran gambut dan lahan gambut yang diolah. 
                              Berbagai kegiatan penanaman telah dilakukan di Indonesia jauh sebelum isu perubahan                                        Diperkirakan sampai dengan tahun 2020 deforestasi masih akan terjadi karena kebutuhan 
                              iklim berkembang. Penanaman melalui pembangunan hutan tanaman dari tahun 1989                                              pembangunan dan berbagai aktivitias manusia, apabila tidak ada intervensi kebijakan 
                              hingga tahun 2004 telah mencapai 3,25 juta hektar (Dephut, 2007).                                                          untuk menurunkan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memprediksi 
                              Penyebab deforestasi dan degradasi hutan di dunia cukup beragam, namun pada                                                besarnya deforestasi di Indonesia diantaranya yang terpenting adalah terjadinya 
                              umumnya terkait dengan kegiatan ekonomi. Untuk Indonesia, beberapa faktor pemicu                                           pertambahan penduduk, pertambangan di kawasan hutan, pertanian/perkebunan, 
                              deforestasi dan degradasi yang telah diidentifikasi yaitu pertambahan jumlah penduduk,                                     konversi hutan, kebakaran gambut dan drainase lahan gambut, dan degradasi.
                              penebangan liar; kebakaran hutan; dan konversi lahan hutan untuk kegiatan-kegiatan lain 
                              yang menghasilkan penutupan lahan dengan cadangan karbon yang lebih rendah seperti 
                              untuk perkebunan dan pertanian, pemekaran wilayah (kabupaten), pertambangan dan                      Sumber Serapan/ 
                              pemukiman.
                              Target pemerintah untuk menurunkan tingkat emisi 26% atau 14% untuk sektor kehutanan                 Penambahan Stok Carbon Hutan
                              sampai tahun 2020 perlu diterjemahkan dengan tindakan nyata di lapangan, yang dapat                                        Sektor kehutanan memiliki kemampuan untuk menyerap/menambah stok karbon. Dalam 
                              diukur, dapat dilaporkan secara transparan dan diverifikasi oleh pihak independen.                                         BAU serapan karbon diperoleh dari peningkatan stok karbon melalui pertumbuhan 
                              Kuantifikasi upaya menurunkan tingkat emisi perlu didasarkan kepada pengurangan                                            hutan baik hutan tanaman maupun hutan alam. Untuk serapan angka luas hutan 
                              sumber-sumber emisi dari sektor kehutanan, serta mengacu kepada pemahaman                                                  primer didasarkan atas angka tahun 2005 yaitu hutan primer seluas 36,467 juta ha, 
                              mengenai BAU (Business as Usual). BAU emisi dalam konteks ini dapat diartikan sebagai                                      hutan sekunder 54,648 juta ha dan hutan tanaman 2,782 juta ha. Untuk faktor serapan/
                              emisi dari hutan pada kondisi tanpa upaya khusus mitigasi, dan dijadikan sebagai                                           penambahan stok carbon, hutan primer tumbuh sebesar 0.25 ton biomas/ha/tahun, hutan 
                              dasar perhitungan pengurangan emisi. Dalam tulisan ini beberapa opsi pendekatan                                            sekunder 1.16 sampai 2.23 ton (rata-rata biomas/ha/tahun. Sedangkan pertumbuhan 
                              penetapan BAU dianalisis dan disajikan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan                                         hutan tanaman sebesar 5.8- 16.25 ton (rata-rata 11.025 ton) biomasa/ha/tahun untuk 
                              penghitungan pengurangan emisi sesuai persentase target yang telah ditetapkan.                                             jenis cepat tumbuh dan lambat tumbuh.
                                                                                                                                                         Luas penanaman sebagai kondisi BAU berdasarkan data dari tahun 1970-2006, 
                                                                                                                                                         menunjukkan rata-rata penanaman dari berbagai program sebesar 150.000-300.000 
        Profil Emisi Sektor Kehutanan                                                                                                                    ha / tahun. Dengan demikian untuk BAU, salah satu alternatif adalah dengan asumsi 
                                Sebagai gambaran tentang besarnya emisi dari berbagai sektor di Indonesia, dapat                                         luas hutan tanaman naik 150.000 sampai 300.000 ha/tahun. 
                                dilihat hasil inventarisasi GRK yang dilakukan untuk penyusunan Second National 
                                Communication (SNC) seperti tertera pada Gambar 1 (KLH, 2009).                                     Pendekatan dalam 
                                                      Waste                           Energy                                       Penetapan BAU
                                     Peat Fire         11%                              21%
                                                                                                 Industry                                                Salah satu penentu besarnya emisi dalam kondisi BAU adalah laju deforestasi. Opsi-
                                        12%                                                                                                              opsi dalam menentukan besarnya emisi dalam kondisi BAU ditentukan oleh asumsi dan 
                                                                                                   3%                                                    prediksi besarnya faktor-faktor kombinasi yang menyebabkan terjadinya deforestasi 
                                                                                                 Agriculture                                             yaitu laju pertumbuhan penduduk, kebijakan konversi, pembukaan areal hutan 
                                                                                                     5%                                                  untuk pertambangan, serta perubahan penggunaan hutan untuk tanaman pertanian, 
                                                                                                                                                         perkebunan dan hutan tanaman industri. 
                                                              LUCF
                                                           LU                                                                      Pendekatan 1: 
                                                              48%                                                                  Emisi BAU (asumsi: luas deforestasi tetap 1 juta ha)
                                 Gambar 1. Kontribusi sektor dalam emisi GRK dengan base-year                                                            Berdasarkan data yang tersedia sampai saat ini, maka salah satu opsi BAU yang 
                                                                        tahun 2000                                                                       dianggap telah mengakomodasi berbagai faktor penyebab deforestasi adalah angka 
                                                                                                                                                         rata-rata deforestasi seluas 1 juta ha yang didasarkan analisis spatial laju deforestasi 
                                                                                                                                                         tahun 2000-2005, atau berdasar “Data Historis”. Estimasi besarnya emisi dari asumsi 
                                                                                                                                                         besarnya deforestasi, kebakaran gambut, logging dan drainase lahan gambut tertera 
                              Besarnya emisi dari sektor Land Use, Land Use Change and Forestry (LULUCF) pada tahun                                      pada Gambar 2.
                              2000-2005 terutama berasal dari deforestasi dengan laju deforestasi pada tahun 2000-
                              2005 seluas 5.45 juta ha atau rata-rata 1.1. juta ha. Selain dari deforestasi, kontribusi GRK 
                              dari sektor LULUCF berasal dari kebakaran lahan gambut dan lahan gambut yang diolah.
        2                                                                                                                                                                                                                                     3
Berdasarkan hasil inventarisasi gas rumah kaca (GRK) nasional yang menggunakan base-
year tahun 2000 (2nd National Communication, 2009), sektor kehutanan merupakan 
pengemisi GRK (net emitter) yang umumnya berasal dari deforestasi dan degradasi serta Sumber Emisi Sektor Kehutanan
kebakaran hutan termasuk gambut. Disisi lain, sektor ini juga mempunyai potensi besar Dari hasil inventarisasi dengan base-year tahun 2000 diketahui bahwa sumber emisi utama 
untuk menyerap GRK (removal) melalui penanaman pohon dan pertumbuhan hutan. sektor LULUCF adalah deforestasi, kebakaran gambut dan lahan gambut yang diolah. 
Berbagai kegiatan penanaman telah dilakukan di Indonesia jauh sebelum isu perubahan Diperkirakan sampai dengan tahun 2020 deforestasi masih akan terjadi karena kebutuhan 
iklim berkembang. Penanaman melalui pembangunan hutan tanaman dari tahun 1989 pembangunan dan berbagai aktivitias manusia, apabila tidak ada intervensi kebijakan 
hingga tahun 2004 telah mencapai 3,25 juta hektar (Dephut, 2007).untuk menurunkan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memprediksi 
Penyebab deforestasi dan degradasi hutan di dunia cukup beragam, namun pada besarnya deforestasi di Indonesia diantaranya yang terpenting adalah terjadinya 
umumnya terkait dengan kegiatan ekonomi. Untuk Indonesia, beberapa faktor pemicu pertambahan penduduk, pertambangan di kawasan hutan, pertanian/perkebunan, 
deforestasi dan degradasi yang telah diidentifikasi yaitu pertambahan jumlah penduduk, konversi hutan, kebakaran gambut dan drainase lahan gambut, dan degradasi.
penebangan liar; kebakaran hutan; dan konversi lahan hutan untuk kegiatan-kegiatan lain 
yang menghasilkan penutupan lahan dengan cadangan karbon yang lebih rendah seperti 
untuk perkebunan dan pertanian, pemekaran wilayah (kabupaten), pertambangan dan Sumber Serapan/ 
pemukiman.
Target pemerintah untuk menurunkan tingkat emisi 26% atau 14% untuk sektor kehutanan Penambahan Stok Carbon Hutan
sampai tahun 2020 perlu diterjemahkan dengan tindakan nyata di lapangan, yang dapat Sektor kehutanan memiliki kemampuan untuk menyerap/menambah stok karbon. Dalam 
diukur, dapat dilaporkan secara transparan dan diverifikasi oleh pihak independen. BAU serapan karbon diperoleh dari peningkatan stok karbon melalui pertumbuhan 
Kuantifikasi upaya menurunkan tingkat emisi perlu didasarkan kepada pengurangan hutan baik hutan tanaman maupun hutan alam. Untuk serapan angka luas hutan 
sumber-sumber emisi dari sektor kehutanan, serta mengacu kepada pemahaman primer didasarkan atas angka tahun 2005 yaitu hutan primer seluas 36,467 juta ha, 
mengenai BAU (Business as Usual). BAU emisi dalam konteks ini dapat diartikan sebagai hutan sekunder 54,648 juta ha dan hutan tanaman 2,782 juta ha. Untuk faktor serapan/
emisi dari hutan pada kondisi tanpa upaya khusus mitigasi, dan dijadikan sebagai penambahan stok carbon, hutan primer tumbuh sebesar 0.25 ton biomas/ha/tahun, hutan 
dasar perhitungan pengurangan emisi. Dalam tulisan ini beberapa opsi pendekatan sekunder 1.16 sampai 2.23 ton (rata-rata biomas/ha/tahun. Sedangkan pertumbuhan 
penetapan BAU dianalisis dan disajikan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan hutan tanaman sebesar 5.8- 16.25 ton (rata-rata 11.025 ton) biomasa/ha/tahun untuk 
penghitungan pengurangan emisi sesuai persentase target yang telah ditetapkan. jenis cepat tumbuh dan lambat tumbuh.
                              Luas penanaman sebagai kondisi BAU berdasarkan data dari tahun 1970-2006, 
                              menunjukkan rata-rata penanaman dari berbagai program sebesar 150.000-300.000 
Profil Emisi Sektor Kehutanan ha / tahun. Dengan demikian untuk BAU, salah satu alternatif adalah dengan asumsi 
Sebagai gambaran tentang besarnya emisi dari berbagai sektor di Indonesia, dapat luas hutan tanaman naik 150.000 sampai 300.000 ha/tahun. 
dilihat hasil inventarisasi GRK yang dilakukan untuk penyusunan Second National 
Communication (SNC) seperti tertera pada Gambar 1 (KLH, 2009).Pendekatan dalam 
WasteEnergyPenetapan BAU
Peat Fire11%21%
Industry                      Salah satu penentu besarnya emisi dalam kondisi BAU adalah laju deforestasi. Opsi-
12%                           opsi dalam menentukan besarnya emisi dalam kondisi BAU ditentukan oleh asumsi dan 
3%                            prediksi besarnya faktor-faktor kombinasi yang menyebabkan terjadinya deforestasi 
Agriculture                   yaitu laju pertumbuhan penduduk, kebijakan konversi, pembukaan areal hutan 
5%                            untuk pertambangan, serta perubahan penggunaan hutan untuk tanaman pertanian, 
                              perkebunan dan hutan tanaman industri. 
LUCF
LU      Pendekatan 1: 
48%     Emisi BAU (asumsi: luas deforestasi tetap 1 juta ha)
Gambar 1. Kontribusi sektor dalam emisi GRK dengan base-year  Berdasarkan data yang tersedia sampai saat ini, maka salah satu opsi BAU yang 
tahun 2000                    dianggap telah mengakomodasi berbagai faktor penyebab deforestasi adalah angka 
                              rata-rata deforestasi seluas 1 juta ha yang didasarkan analisis spatial laju deforestasi 
                              tahun 2000-2005, atau berdasar “Data Historis”. Estimasi besarnya emisi dari asumsi 
                              besarnya deforestasi, kebakaran gambut, logging dan drainase lahan gambut tertera 
Besarnya emisi dari sektor Land Use, Land Use Change and Forestry (LULUCF) pada tahun pada Gambar 2.
2000-2005 terutama berasal dari deforestasi dengan laju deforestasi pada tahun 2000-
2005 seluas 5.45 juta ha atau rata-rata 1.1. juta ha. Selain dari deforestasi, kontribusi GRK 
dari sektor LULUCF berasal dari kebakaran lahan gambut dan lahan gambut yang diolah.
2                                                                                                                  3
                       Emisi kumulatif CO2 sampai tahun 2020 
                Emisi kumulatif                                                                                                                                  Untuk serapan diasumsikan bahwa pembangunan hutan tanaman hanya 150.000 ha per 
                CO2 (juta ton)
         16000                                                                                                                                                   tahun, berdasarkan rata-rata capaian pembangunan hutan tanaman melalui berbagi 
         14000                                                                                                                                                   program penanaman selama ini. Hasil perhitungan emisi BAU apabila terjadi peningkatan 
                                                                                                                                                                 laju deforestasi dan degradasi dapat dilihat pada Gambar 3. 
         12000
         10000
          8000                                                                                                                                          Emisi kumulatif CO2 sampai tahun 2020 
                                                                                                                                                 Emisi kumulatif
          6000                                                                                                                                   CO2 (juta ton)
          4000                                                                                                                            20000
          2000                                                                                                    Tahun
               0                                                                                                                          15000
                     2      2      2      2      2     2      2      2      2      2      2     2      2      2      2
                     006    007    008    009    010   011    012    013    014    015    016   017    018    019    020                  10000
                                                                                                                                           5000
                                       Emisi BAU dengan kebakaran dan drainase gambut                                                                                                                                                              Tahun
                                       Emisi BAU tanpa Kebakaran dan drainase gambut                                                            0
                                                                                                                                                      2      2      2      2      2     2      2      2      2      2     2      2      2      2     2
                                                                                                                                                      00     00     00     00     00    00     00     00     00     00    00     00     00     00    00
                                       Emisi  BAU tanpa kebakaran                                                                                     06     07     08     09     10    11     12     13     14     15    16     17     18     19    20
         Gambar 2. Estimasi akumulasi emisi BAU opsi 1 sampai tahun 2020                                                                                         Kumulatif Emisi BAU dengan kebakaran dan drainase gambut
                                                                                                                                                                 Kumulatif Emisi BAU tanpa Kebakaran dan drainase gambut 
                                Grafik tersebut didasarkan asumsi yaitu:
                                •  Luas deforestasi rata-rata 1 juta ha/tahun                                                                                    Kumulatif Emisi  BAU tanpa kebakaran
                                •  Emisi kebakaran gambut 466 juta ton/tahun                                                              Gambar 3. Estimasi akumulasi emisi BAU opsi 2 sampai tahun 2020
                                •  Emisi degradasi (logging) 31,8 juta m3 kayu atau setara dengan 123 juta ton CO2 per 
                                   tahun
                                •  Emisi lahan gambut diolah dengan faktor emisi 10 ton/ha/tahun dari luas areal 4.5 juta 
                                   ha, dan naik 50.000 ha/tahun                                                                                                  Grafik tersebut didasarkan asumsi yaitu:
                                •  Serapan Hutan alam primer dengan pertumbuhan 0.25 tb/ha/tahun seluas 36.5 juta ha,                                            •  Luas deforestasi meningkat 10% atau 100.000 ha setiap tahun sampai tahun 2020 
                                   berkurang 500.000 ha/tahun                                                                                                    •  Emisi kebakaran gambut 466 juta ton/tahun
                                •  Serapan hutan alam sekunder dengan pertumbuhan 1.7 tb/ha/tahun dari luas 54.6 juta                                            •  Emisi degradasi (logging) terjadi peningkatan yaitu 69 juta m3 tahun 2007 menjadi 95 
                                   ha, berkurang 500.000 ha/tahun                                                                                                   juta m3 tahun 2014 atau kenaikan 3.7 juta m3 per tahun (Widyantoro dan Sukardi, 2007)
                                •  Serapan hutan tanaman dengan pertumbuhan 11 tb/ha/tahun seluas 2.7 juta ha, bertam-                                           •  Emisi lahan gambut diolah dengan faktor emisi 10 ton/ha/tahun dari luas areal 4.5 juta 
                                   bah 300.000 ha/tahun                                                                                                             ha, dan naik 50.000 ha/tahun 
                                Dari gambar 2 terlihat bahwa estimasi emisi kumulatif BAU yang dihitung sejak tahun                                              •  Serapan Hutan alam primer dengan pertumbuhan 0.25 tb/ha/tahun seluas 36.5 juta ha, 
                                2006 (1) dengan memperhitungkan kebakaran dan drainase lahan gambut mencapai                                                        berkurang 500.000 + 50.000 ha/tahun 
                                15,131.4 juta ton CO2, atau rata-rata per tahun sebesar 1,010 juta ton CO2, (2) tanpa                                            •  Serapan hutan alam sekunder dengan pertumbuhan 1.7 tb/ha/tahun dari luas 54.6 juta 
                                memperhitungkan kebakaran dan tanpa drainase lahan gambut mencapai 5474 juta ton                                                    ha, berkurang 500.000 + 50.000 ha/tahun 
                                CO2 atau rata-rata per tahun sebesar 367.1 juta ton CO2 dan (3) tanpa memperhitungkan                                            •  Serapan hutan tanaman dengan pertumbuhan 11 tb/ha/tahun seluas 2.7 juta ha, bertam-
                                kebakaran tetapi termasuk drainase lahan gambut mencapai 8141.4 juta ton CO2 atau                                                   bah 300.000 ha/tahun 
                                rata-rata per tahun sebesar 544 juta ton CO2                                                                                     Dari gambar 3 terlihat bahwa estimasi emisi kumulatif BAU yang dihitung sejak tahun 
         Pendekatan 2:                                                                                                                                           2006 (1) dengan memperhitungkan kebakaran dan drainase lahan gambut mencapai 
                                                                                                                                                                 18,285.9 juta ton CO2, atau rata-rata per tahun sebesar 1,219.1 juta ton CO2, (2) tanpa 
         Emisi BAU (asumsi: luas deforestasi meningkat 10% atau                                                                                                  memperhitungkan kebakaran dan tanpa drainase lahan gambut mencapai 8,628.5 juta ton 
         100.000 ha setiap tahun)                                                                                                                                CO2 atau rata-rata per tahun sebesar 575.2 juta ton CO2 dan (3) tanpa memperhitungkan 
                                                                                                                                                                 kebakaran tetapi termasuk drainase lahan gambut mencapai 11,295.9 juta ton CO2 atau 
                                Opsi BAU lain adalah kecenderungan peningkatan deforestasi karena pertambahan jumlah                                             rata-rata per tahun sebesar 753.1 juta ton CO2
                                penduduk, konversi hutan menjadi lahan pertanian dan pertambangan. Peningkatan laju 
                                deforestasi masih mungkin terjadi karena ketersediaan lahan hutan produksi yang bisa 
                                dikonversi. Diasumsikan bahwa laju deforestasi maksimum adalah 1.500.000 ha/tahun 
                                Selain itu dari berbagai studi cenderung terjadi peningkatan degradasi karena logging 
                                baik legal maupun ilegal guna memenuhi kebutuhan kayu dalam negeri dan eksport. 
         4                                                                                                                                                                                                                                                5
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Kementerian kehutanan issn x badan penelitian dan pengembangan pusat sosial ekonomi kebijakan policy penetapan volume no tahun business as daftar isi usual profil emisi sektor gas rumah kaca sumber serapan seberapa penambahan stok carbon hutan pendekatan dalam pentingkah bau penutup ada saat presiden ri menyatakan target nasional untuk menurunkan atau p sampai pertanyaan pertama yang muncul antara lain adalah dapatkah tersebut dicapai apakah realistik sebenarnya permasalahannya bukan pada angka tetapi tidaknya akan sangat tergantung digunakan konteks perubahan iklim dimasukan kategori lulucf land use change and forestry kemudian dikenal dengan afolu agriculture foretsry memainkan peranan penting siklus karbon global grk dari indonesia masih terbesar dibandingkan berkomitmen tingkat sehingga kontribusi penurunan menjadi tim penulis ari wibowo mega lugina indartik nunung parlinah kirsfianti l ginoga nara nur masripatin berdasarkan hasil inventarisasi menggunakan base year nd national com...

no reviews yet
Please Login to review.